PEMANFAATAN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi) SEBAGAI
ENERGI LISTRIK
Ulfa Damayanti
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang
ABSTRAK
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) merupakan tanaman yang dapat hidup dalam berbagai musim. , tinggi mencapai 15 m dengan batang yang tidak begitu besar dan mempunyai garis tengah hanya sekitar 30 cm. Berdasarkan kandungan nutriennya, dalam 100 gram belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) mengandung energi 32 kal, karbohidrat 7 gram, protein 0,4 gram, vitamin C 52 mg, kalsium 10 mg, fosfor 10 mg, zat besi 1,0 mg. Karena kandung asamnya yang banyak, menyebabkan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) jarang dikonsumsi masyarakat. Masyarakat hanya memanfaatkannya untuk bumbu dalam masakan. Hal ini menyebabkan banyaknya limbang belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) yang berserakan ditanah. Aplikasi belimbing wuluh sebagai sumber energi listrik merupakan cara alternatif pembuatan energi listrik dari buah – buahan. Energi listrik ini dapat digunakan sebagai energi listrik dirumah untuk menghidupkan lampu. Satu gelas larutan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) bisa menghasilkan energi sebesar 0,5 volt, jadi untuk menghasilkan energi yang lebih besar tinggal menambahkan jumlah gelas dalam rangkaian yang akan dibuat. Satu gelas rangkaian ini bisa bertahan kurang lebih selama 15 hari. Lampu LED yang mampu dibangkitkan oleh Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi).
Kata kunci: Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) , energi listrik.
PENDAHULUAN
Buah belimbing wuluh yang dalam bahasa latin dikenal dengan nama (Averrhoa bilimbi) merupakan buah yang banyak tersebar di Indonesia sebagai tanaman pekarangan rumah yang belum dibudidayakan dan dikembangkan pemanfaatannya.
Buah belimbing wuluh memiliki kandungan asam yang tinggi dan kadar air buah yang tinggi menyebabkan buah jarang dikonsumsi layaknya buah segar dan daya simpan relatif singkat. Sehingga pemanfaatan dan pengembangan buah belimbing wuluh di Indonesia belum dilakukan secara optimal, karena nilai jual buah yang masih rendah dan tidak diimbangi dengan potensi yang dimiliki buah belimbing wuluh (Ferawati, 2005).
Karena buahnya yang melimpah dan orang jarang memanfaatkannya, maka, para peneliti mulai tertarik untuk memanfaatkan buah belimbing wuluh ini menjadi suatu sumber energi listrik. Ini bukan pertama kalinya peneliti membuat energi listrik dari tumbuhan, mereka sudah pernah mencoba kentang dan jeruk untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi listri, tapi listrik yang dihasilkan masih kecil atau sedikit.
Elektrolit dalam batu baterai bersifat asam, sehingga buah yang bersifat asam dapat menjadi elektrolit (Sutikno, 2008). Pada buah belimbing wuluh memiliki kandungan asam yang tinggi dan memiliki kandungan kimia, antara lain saponin, tanin, glukosid, kalsium oksalat, sulfur, asam format, peroksida, dan kalium sitrat, sehingga dapat dimanfaatkan untuk energi listrik. Innocencio Kresna Pratama (2007) menambahkan, bahwa selain jeruk dan apel, buah lain dapat juga menghasilkan listrik. Percobaan Wasis Sucipto, S.Pd (2007) membuktikan bahwa kulit pisang dan jeruk dapat digunakan sebagai sumber arus listrik searah.
Energi adalah suatu hal yang tak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari. Dari hari ke hari kebutuhan akan energi semakin meningkat. Energi berdasarkan sumbernya dibedakan atas 2 yaitu energi yang terbarukan dan yang tidak terbarukan. Energi yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah energi yang tidak terbarukan. Dengan demikian energi tersebut semakin lama akan semakin berkurang. Contoh dari energi yang tak terbarukan adalah minyak bumi yang berasal dari fosil-fosil yang telah berjuta-juta tahun berada di dalam perut bumi.
Karena harga BBM yang semakin melonjak serta masih kurangnya sumber tenaga listrik sehingga membuat tarif listrik meningkat. Karena meningkatnya tarif listrik di tambah lagi masih banyak warga indonesia khususnya di daerah pedalaman yang belum tersentuh listrik, maka perlu dilakukan pengembangan sumber energi listrik alternatif yang mudah dan murah.
Melihat kondisi tersebut, maka dibutuhkan suatu energi terbarukan yang dapat mengurangi penggunaan energi tak terbarukan. Karena potensi dari belimbing wuluh yang tumbuh subur di Indonesia maka dapat dijadikan sebagai sumber alternatif. Dengan demikian gagasan ini ditujukan untuk membuat buah belimbing wuluh menjadi energi listrik.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka didapatkan rumusan masalah antara lain: bagaiman cara meningkatkan pemanfaatan buah beimbing wuluh sebagai energy listrik, dan bagaimana cara menanggulangi keterbatasan pasokan listrik di Indonesia.
Tujuan dari paper ini antara lain: untuk meningkatkan pemanfaatan buah belimbing wuluh sebagai energy listrik. Manfhaatnya antara lain : buat penulis adalah karya tuis ini sebagai wadah untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kandungan dan manfaat belimbing wuluh. Selain itu, penulis memberikan informasi berupa pembuatan energi listrik dari buah belimbing wuluh. Bagi masyarkat memberikan pengetahuan tentang pembuatan energi listrik dengan menggunakan buah belimbing wuluh yang dapat dibuat sendiri dirumah. Selain itu, dapat memberikan peluang bisnis bagi masyarakat dengan membuat baterai dari buah belimbing wuluh. Bagi ilmuwan mendorong ilmuwan untuk mengembangkan dan memunculkan ide – ide baru, memanfaatkan tumbuhan menjadi energi alternatif. Bagi pemerintah memberi masukan bagi pemerintah agar memanfaatkan buah belimbing wuluh sebagai energi listrik yang murah, serta dapat mengurangi penggunaan pasokan listrik.
GAGASAN KHUSUS
Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) merupakan salah satu jenis tanaman asli dari Amerika. Nanas tergolong dalam family Bromeliaceae yang bersifat terestial (tumbuh di tanah dengan menggunakan akarnya)
Belimbing wuluh merupakan tanaman yang dapat hidup dalam berbagai musim. , tinggi mencapai 15 m dengan batang yang tidak begitu besar dan mempunyai garis tengah hanya sekitar 30 cm. Ditanam sebagai pohon buah, kadang tumbuh liar dan ditemukan dari dataran rendah sampai 500 m. Pohon yang berasal dari Amerika tropis ini menghendaki tempat tumbuh tidak ternaungi dan cukup lembab. Belimbing wuluh mempunyai batang kasar berbenjol-benjol, percabangan sedikit, arahnya condong ke atas. Cabang muda berambut halus seperti beludru, warnanya coklat muda. Buahnya berwarna hijau muda, berbentuk lonjong sebesar ibu jari dan rasanya asam.
Klasifikasi Tanaman Belimbing Wuluh adalah :
Kingdom : plantae (tumbuh – tumbuhan)
Devisi : Magnolyophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Oxalidaes
Famili : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
Spesies : Averrhoa bilimbi (belimbing wuluh)
Gambar 1 buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi).
Berdasarkan kandungan nutriennya, dalam 100 gram belimbing wuluh mengandung energi 32 kal, karbohidrat 7 gram, protein 0,4 gram, vitamin C 52 mg, kalsium 10 mg, fosfor 10 mg, zat besi 1,0 mg. Pada batang misalnya, belimbing wuluh diketahui mengandung tanin, kalsium oksalat, asam format, saponin dan perosidase. Sementara itu bagian daunnya mengandung senyawa sulfur, asam format, kalsium sitrat, tanin dan lain – lain. Bagian buah yang paling populer dimanfaatkan juga terdiri atas beragam senyawa kompleks antara lain protein, serat atau fiber, fosfor, kalsium, zat besi, thiamine, karoten, niacin, ascorbic acid,flavon dan masih banyak lagi lainnya.
Banyaknya tanaman belimbing wuluh yang hidup begitu saja, dan sedikit orang yang memanfaatkannya untuk dimakan langsung maupun untuk yang lainnya. Sehingga menimbulkan banyak sekali buah belimbing wuluh yang jatuh ke tanah dan busuk karena tidak ada yang memanfaatkannya. Hal ini menyebabkan banyaknya sampah belimbing wuluh yang berserakan di tanah.
Masalah yang ditimbulkan dari pembuangan limbah belimbing wuluh perlu diperhatikan dan dicari solusi penyelesaiannya. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah dengan memanfaatkan belimbing wuluh sebagai energi alternatif. Yaitu dengan membuat belimbing wuluh menjadi energi listrik.
Solusi Yang Pernah Ditawarkan
Seiring dengan berkembangnya industri dikalangan masyarakat tentunya ada beberapa hal yang pernah dilakukan. Penelitian mengenai pemanfaatan belimbing wuluh ( Averrhoa bilimbi ) sebagai penggumpal lateks kebun. (Khairina, 2009) telah melakukan penelitian tentang produksi bahan penggumpal lateks dari belimbing wuluh dengan menggunakan variasi konsentrasi belimbing wuluh 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100% pada pH 4.7 yang membentuk koagulum. Dari hasil percobaan menunjukkan variasi konsentrasi ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) 20:100 (v/v karet) memiliki nilai plastis awal (Po) 39.33, Plastisitas Retensi Index (PRI) 50%, Viskositas Mooney (VM) 65.5 dan kadar Abu 0.16% serta sifat fisika.
(Nursiyah Hasyim dkk, 2011) telah melakukan penelitian untuk formulasi gel sari buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) dengan variasi basis gel dengan tujuan untuk memperoleh formula gel sari uah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) yang stabil secara fisik. Formula I dibuat dengan basis gel carbopol, sedangkan formulasi II dibuat dari hidroksipropilmetilselulosa. Didapatkan hasil, pada rheogram terlihat bahwa formula I memiliki kurva yang tidak terlalu berhimpit dan formula II memiliki kurva yang berhimpit sebelum dan setelah penyimpanan dipercepat, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua sediaan stabil, tetapi yang memiliki kestabilan paling optimal yaitu formula II dengan dasar gel hidroksipropilmetilselulosa (HPMC).
Penelitian yang telah disebutkan kebanyakan menggunakan bahan baku dari belimbing wuluh. Dan untuk pemanfaatan belimbing wuluh untuk menghasilkan energi listrik, salah satunya adalah modifikasi dari pengembangan belimbing wuluh sebagai manisan kering dengan kajian konsentarsi perendaman air kapur (Ca(OH)2) dan lama waktu pengeringan.
Gagasan Baru Yang Ditawarkan
Krisis energi global berdampak pada peningkatan harga litrik dan keterbatasan pasokan listrik sehingga pengembangan bioenergi sebagai sumber energi berkelanjutan berpotensi untuk diwujudkan. Mnghemat energi adalah menghemat biaya, meningkatkan daya saing serta meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Upa yang sudah banyak dilakukan selama ini dalam menghemat energi listrik antara lain dengan menggunakan Ballast elektronik, capasitor bank Building automatic system.
Banyak orang yang melakukan penelitian sumber energi listrik dari buah – buahan atau tanaman. Salah satunya Achmad Faikar Ali Fauzi (2011) dengan judul “pemanfaatan buah pepaya (Carica papaya) sebagai bahan baku bioetanol dengan proses fermentasi dan distilasi”. Mangga yang mengadung HNO3yang bila dihubungkan dengan tembaga/Cu dan juga seng/Zn maka akan menghasilkan energi listrik. Penelitian ini menggunakan buah mangga karena buah mangga dapat hidup di iklim tropis seperti di Indonesia. “Implementasi buah mangga sebagai tenaga”(Rif’an Tsaqif & Iswanto : 2012).
Penelitian yang lainnya adalah sistem sel volta berbahan dasar ekstrak buah nanas (Ananas comosus) dengan elektroda Cu dan Zn akan diinvestigasi. Parameter optimasi sel volta meliputi variasi ekstrak buah nanas yaitu ekstrak yang telah dan tidak disaring. Parameter optimasi lainnya adalah dimensi luasan elektroda dan jarak antara dua elektroda. (Ulfa Mahfudli dkk : 2012).
Metode
Alat dan Bahan yang diperlukan:
1) Belimbing Wuluh
2) Blender
3) Gelas plastic
4) Tanah
5) Air
6) Lempeng tembaga (sebagai elektroda positif)
7) Lempeng seng (sebagai elektroda negatif)
8) Kabel
Langkah pertama yang ditempuh adalah mengambil buah belimbing wuluh dari pohonnya.sebaiknya belimbing wuluh yang akan digunakan adalah belimbing wuluh yang masih segar. Cara selanjutnya yaitu
1) Blender blimbing wuluh sampe halus (jadi jus belimbing wuluh.
sehingga diperoleh cairan yang menyerupai air (tanpa serabut/ampas).
2) Siapkan gelas-gelas plastik dan diisi dengan tanah liat (bukan tanah berpasir ataupun yang mengandung sampah). Gelas tersebut dapat berasal dari sisa minuman air mineral.
3) Masukan jus blimbing wuluh tersebut ke dalam gelas-gelas plastik yang sudah diisi tanah.
Cairan dimasukkan kedalam gelas yang telah diisi dengan tanah
4) Susun berderet gelas-gelas yang sudah diisi tanah dan jus blimbing wuluh.Susunan gelas-gelas yang sudah diisi tanah dan jus blimbing wuluh serta
5) Buat rangkaian elektroda dengan menyambungkan antara lempeng tembaga dan lempeng seng menggunakan kabel (kira-kira dengan kabel masing-masing 15cm)
6) Susun rangkaian elektroda tersebut ke dalam gelas-gelas tanah yang telah disiapkan sebelumnya, dengan susunan lempeng tembaga-lempeng seng-lempeng tembaga dan begitu seterusnya, jadi satu gelas akan berisi susunan satu lempeng tembaga dan satu lempeng seng dari rangkaian elektroda yang berbeda
7) Siapkan dua rangkaian elektroda dengan kabel yang lebih panjang dan hanya menggunakan satu lempeng saja, satu tembaga dan satu seng. Untuk gelas terluar (gelas pertama dan terakhir yang hanya memiliki satu lempeng: gelas pertama lempeng tembaga dan gelas terakhir lempeng seng) disambungkan dengan rangkaian elektroda baru ini. Gelas pertama dengan yang rangkaian seng, gelas terakhir disambungkan dengan rangkaian tembaga. Ujung dari dua kabel rangkaian terakhir inilah yang akan disambungkan dengan lampu yang akan dinyalakan setelah dimasukkan elektroda.Susunan gelas-gelas yang sudah diisi tanah dan jus blimbing wuluh serta telah dimasukkan elektroda
8) Jadilah rangkaian sederhana pembangkit energi alternatif ini. Satu gelas bisa menghasilkan energi sebesar 0,5 volt, jadi untuk menghasilkan energi yang lebih besar tinggal menambahkan jumlah gelas dalam rangkaian yang akan dibuat.
Satu gelas rangkaian ini bisa bertahan kurang lebih selama 15 hari. Lampu LED yang mampu dibangkitkan oleh Belimbing wuluh.
Upaya preventif
Meskipun belimbing wuluh ini dapat dimanfaatkan sebagai baterai biasa, tetapi belimbing wuluh memiliki kelemahan dibandingkan dengan baterai biasa. Pada pembuatan energi listrik, belimbing wuluh harus ditempatkan di gelas dengan tanah. Ini tidak praktis seperti baterai biasa. Jadi, alangkah lebih baiknya apabila dibuat sebuah tempat khusus untuk sari belimbing wuluh tersebut layaknya baterai pada umumnya agar lebih praktis dan efisien tempat. Juga agar nantinya produk belimbing wuluh ini memiliki nilai jual yang berguna bagi masyarakat yang terjangkau. Dan apabila belimbing telah dijadikan baterai, belimbing tidak dapat dikonsumsi lagi. Karena belimbing wuluh telah bereaksi terhadap elektroda (seng dan tembaga) dan kandungan belimbing tersebut telah menjadi racun. Jadi, karena limbah belimbing wuluh ini sudah menjadi racun, maka upayanya yaitu limbah belimbing wuluh tidak boleh dibuang disembarang tempat. Jadi, untuk para masyarakat yang memanfaatkan sumber energi listrik dari belimbing wuluh ini harus mempunyai tempat atau wadah pembuangan buat limbah belimbing wuluh.
Upaya promotif
Produk sari belimbing wuluh yang dapat digunakan sebagai pembangkit listrik ini sekiranya dapat dipublikasikan kepada masyarakat luas agar dapat menjadi salah satu solusi permasalahan energi listrik yang dihadapi oleh negara. Untuk dapat dipublikasikan, sari belimbing wuluh ini dapat dikemas dalam suatu wadah menjadi suatu produk yang dapat dipasarkan di masyarakat. Produk ini dapat pula dikenalkan kepada masyarakat melalui seminar atau penyuluhan yang ditujukan kepada masyarakat desa karena cara pembuatannya pun tidak rumit. Dengan demikian maka masyarakat khususnya kalangan menengah kebawah dapat merasakan dan menggunakan produk sari belimbing ini untuk memenuhi kebutuhan listrik mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Windyastari, Carina., Wignyanto., Widelia I. - . pengaruh belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) sebagai manisan kering dngan kajian konsentrasi peredaman (Ca(OH)2) dalam waktu pengeringan. Jurnal Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Universitas Brawijaya. Surabaya.
Roy, Anitha., Getha, dan Laksmi T. 2011. Averrhoa bilimbi Linn–Nature’s Drug Store- A Pharmacological Review. India. International Journal of Drug Development & Research July-September 2011 Vol. 3 Issue 3 ISSN 0975-9344
Ardananurdin, Alhamfaib., Sri W., dan Mahono W.2004 . Uji efektifitas dekok bunga belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) sebagai antimikroba terhadap Salmonella Typhi secara in vitro. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. XX, No. 1
Safitri, Khairina. 2009. pengaruh ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) sebagai penggumpal lateks terhadap mutu karet. Universitas Sumatera Utara.
Fadli, U Mahfudli., Budi L., Budi P. 2012. Demonstrasi Sel Volta Buah Nanas (Ananas Comosus L. Merr). Universitas Sebelas Maret. Indonesian Journal of Applied Physics Vol.2 No.2 halaman 176 ISSN:2089 – 0133
Hasyim, Nusiyah., faradiba, dan Gina A. 2012 . Formulasi gel sari buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) .Jurnal Farmasi Universitas Hasanuddin. Makassar
Sulistyowati. 2012. Audit energi untuk efisiensi pemakaian energi listrik . Jurnal ELTEK, Vol 10 Nomor 01, April 2012 ISSN 1693-4024
Kumar , K. Ashok., SK. Gousia, Anupama, M. And J. And Naveena L. 2013 . A review on phytochemical constituents and biological assays of Averrhoa bilimbi. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Science Research ISSN: 2249-0337
Chauhan, Jyoti Bala and Wethroe Kapfo. 2013. EFFECT OF TRADITIONAL SUN-DRYING ON PHENOLIC ANTIOXIDANTS OF AVERRHOA BILIMBI L. International journal o applied biology and pharmaceutical technology. Volume – 4, issue-2, April-June-2013 ISSN : 0976-4550
Pratama, Ekky A., S. Raharjo, dan I. Bayu. 2013. Pemanfaatan belimbing wuluh sebagai sumber tenaga listrik alternatif. Universitas Negeri Jakarta. Jakarta
Lathifah, Qurrotu A. 2008. Uji efektivitas ekstrak kasar senyawa antibakteri pada buah belimbing wulu (Averrhoa bilimbi) dengan variasi pelarut. Universitas Islam Negeri Malang.
Sadad, Rif’an T. Dan Iswanto.2012. Implementasi buah mangga sebagai tenaga. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: 1979-911X 3 November 2012. yogyakarta